Pengukur Tekanan Pompa Bahan Bakar Motor Injeksi Fuel Pump Pressure Gauge

Motor Injeksi  emang sudah jadi landasan mengolah para pabrikan kendaraan bermotor di Indonesia, maka sudi tidak sudi di segi after salesnya (servis) kudu mampu menyesuaikan, lebih-lebih bengkel non resmi (bengkel umum).

Penyesuaian tersebut emang kudu dilakukan, bukan emang sih tetapi harus….pasalnya kalau tidak..! Pastilah lambat tahun bengkel tersebut dapat mati bersama sendirinya dikarenakan ketertinggalan.

Penyesuaian tersebut mampu bersifat ilmu perihal proses injeksi, dan tersedia terhitung yang bersifat alat-alat injeksi, keliru satunya seperti gambar di atas “Fuel Pump Pressure Gauge” apa itu..?

Alat di atas digunakan sebagai pengukur tekanan pompa bahan bakar motor injeksi, dimana hal ini umumnya terdapat di bengkel resmi baik Honda, Yamaha, dan kawan kawan-nya.

Kenapa kudu mengfungsikan alat tersebut..? Hal ini dilakukan  dikarenakan di setiap pabrikan kendaraan punya standar tekanan fuel pump yang tidak sama beda, dan tekanan tersebut tidak mampu di ukur secara manual

seperti bersama cuma melepas selang fuel pump dan menyaksikan aliran secara langsung, hal tersebut tidak di sarankan, dikarenakan terhadap dasarnya tekana tersebut punya angka yang berbeda, seperti halnya tersedia yang punya tekanan 250 Kpa, tersedia yang 324 Kpa dan sebagaianya,

maka berasal dari situlah kami disarankan lebih bagusnya memakai alat yang namanya fuel pump pressure gauge untuk menopang hasil yang lebih akurat dengan flow meter solar.

Imbasnya apa kalau fuel pump tekanannya lemah..? Banyak sih sebenarnya, keliru satunya seperti kejadian yang dulu di alami lebih dari satu kawan bengkel resmi, tekanan fuel pump kurang berasal dari standar, seumpama tekanan standar 250 Kpa, dapatnya cuma 110 Kpa,

hal tersebut sudah mengakibatkan  terjadinya ginjalan terhadap rpm mesin, yang mana hal ini di mengakibatkan dikarenakan kurangnya suplay (tekanan) BBM berasal dari tangki menuju Injector yang mengakibatkan semprotan BBM yang dilakukan kurang sempurna, otomatis hal ini mengakibatkan pembakaran kurang prima juga.

Info Tambahan Seputar Alat ukur Bensin

Di bejana itu terdapat meteran yang menunjukkan selisih antara volume yang seharusnya dengan yang keluar dari nozzle atau selang. Batas toleransi penyimpangan atau selisih adalah sebesar 0,5 persen dari total volume. Karena itu, jika diisi 20 liter, selisih maksimal adalah 100 mililiter.

“Satu nozzle tiga kali ditera, setelah itu diambil rata-ratanya untuk kemudian dikembalikan ke nol lagi (selisihnya),” kata Kepala Unit Metrologi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta, Johan Taruma Jaya.

 Hanya melalui cara ini dapat diketahui bahwa takaran berbeda. Johan mengatakan, secara kasatmata, mustahil mengetahui takaran tidak sesuai.

Dalam kasus SPBU Rempoa, pengelola memasang sebuah alat pengendali takaran yang dapat dikendalikan dari jauh melalui sebuah remote control. Johan kurang mengetahui cara kerja alat tersebut, tetapi menduga alat itu mengubah pulsa atau deposit bensin di tangki endap.

 “Atau dia mengubah kecepatan sehingga meteran jalan terus, tetapi yang keluar tidak seharusnya,” kata Johan.

Menurut Johan, alat itu sebesar korek api dan dipasang di dalam dispenser. Peneraan oleh pihaknya dilakukan secara berkala, tetapi terjadwal enam bulan sekali atau setahun sekali. Pihak SPBU juga dapat meminta dilakukan peneraan jika merasa takarannya kurang pas. “Tanggung jawab kami besar karena ada nama kami di tiap nozzle, jadi kalau berbeda kami yang kena,” kata Johan.

Sementara itu, Senior Sales Executive Retail Pertamina Wilayah Jakarta Selatan Awan Raharjo menyatakan, pihaknya juga selalu melakukan pengecekan oleh auditor internal. Seorang mystery guest akan datang ke SPBU layaknya masyarakat biasa dan melakukan penilaian.

Jika dirasa tidak pas, mystery guest atau masyarakat dapat meminta pihak SPBU melakukan peneraan dengan bejana.